Senin, 12 Januari 2009

CARA BERTANAM PEPAYA (Carica papaya L.) ALA PETANI BOYOLALI

Tanaman pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah-buahan yang diduga berasal dari daerah antara Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Budidaya pertama ditemukan di daerah Amerika kemudian menyebar ke daerah-daerah tropis dan subtropis (Muljana, 1982).

Tanaman pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman buah yang populer dan digemari oleh hampir seluruh penduduk bumi ini. Daging buahnya lunak dengan warna merah atau kuning. Rasanya manis dan menyegarkan karena mengandung banyak air. Nilai gizi buah ini cukup tinggi karena mengandung banyak provitamin A dan vitamin C, juga mineral kalsium. Selain itu, dengan mengkonsumsi buah pepaya akan memudahkan buang air besar (Kalie, 1983).

Buah pepaya dapat dikonsumsi secara langsung sebagai buah segar, ataupun diolah terlebih dahulu menjadi makanan dan minuman seperti manisan kering, manisan basah, pasta pepaya, saus, juice dan juga ceriping pepaya. Selain buahnya, bagian lain dari tanaman pepaya juga dapat dimanfaatkan, misalnya daun mudanya bisa untuk sayur, daun tua atau kuning dan batang yang sudah roboh dapat dijadikan sebagai makanan ternak. Karena tanaman pepaya mempunyai kegunaan yang sangat beragam maka, para petani di Indonesia khususnya petani di Boyolali senang bertanam pepaya. Selain untuk kebutuhan sendiri, hasil dari bertanam pepaya dapat dijual sebagai penambah penghasilan, bahkan sebagian besar petani Boyolali hasil dari bertanam pepaya merupakan sumber penghasilan utama. Untuk petani Boyolali, bertanam pepaya merupakan hal yang wajib dan harus dilakukan. Oleh karena itu, tak heran bila sebagian besar wilayah Boyolali banyak ditanami pepaya, sehingga menjadi sentra budidaya tanaman pepaya.

1

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka harus mengetahui lingkungan tumbuh dan cara menanam tanaman pepaya yang tepat. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai cara bertanam pepaya yang tepat ala petani Boyolali.

Tanah dan Iklim

· Tanah

Tanaman pepaya menghendaki tanah yang berdrainase baik dan kaya akan humus. Namun demikian, tanaman ini dapat tumbuh baik di tanah berpasir asalkan mendapatkan pupuk dan air yang cukup. Tanah yang cocok untuk bertanam pepaya adalah tanah yang subur, gembur, cukup lembab dan kaya bahan organik.

Akar pepaya peka terhadap genangan air. Tanaman pepaya akan mati karena membusuk apabila tergenang air selama 2-3 hari secara terus menerus. Sebaliknya, tanaman perlu mendapatkan pengairan khusus pada tanah yang kelihatan kering. Pada tanah yang terlalu kering dan tidak subur pepaya akan tumbuh kurang baik, bunga dan buah sedikit dan banyak yang rontok. Tanaman pepaya tumbuh optimal pada tanah dengan kisaran pH 6,5-7.

· Iklim

Pepaya termasuk tanaman tropis. Untuk dapat tumbuh dengan baik memerlukan sinar matahari, suhu dan kelembaban yang cukup. Suhu yang ideal untuk bertanam pepaya adalah 22-26 oC. Perkecambahan biji akan berlangsung cepat pada suhu siang 35 oC dan suhu malam 26 oC. Intensitas penyinaran dan suhu udara yang cukup dapat menyebabkan buah pepaya berwarna kuning cerah dan rasanya manis dibanding dengan buah yang dihasilkan pada musim penghujan, yang kurang penyinaran dan suhu terlalu rendah. Pada musim kemarau yang panjang tanaman akan banyak menghasilkan bunga jantan dan bunga yang tidak subur dan mudah gugur. Disamping itu, penyerbukan bunga banyak yang gagal.

Curah hujan yang baik untuk tanaman pepaya adalah 1500-2000 mm per tahun. Tanaman pepaya dapat tumbuh sampai ketinggian 100 m dpl.

Pembibitan dan Penanaman

· Pembibitan

Bibit pepaya yang akan ditanam hendaknya berasal dari varietas unggul. Di Indonesia dijumpai banyak varietas yang dapat dibudidayakan dengan hasil yang memuaskan. Beberapa varietas asli yang direkomendasikan antara lain: Semangka, Jingga, Dampit, Cibinong dan varietas Thailand mulai tahun 1974 sampai sekarang.

Berdasarkan jenis kelamin, tanaman pepaya mempunyai tiga bentuk yaitu: pohon sempurna (hermaprodit), pohon betina dan pohon jantan. Pohon jantaan mudah dikenal karena memiliki malai bunga bercabang banyak, menggantung dan bung-bunga yang lebat.

Pohon betina memiliki malai bunga bertangkai pendek dengan 3-5 bunga yang seluruhnya bunga betina. Pohon betina mempunyai bunga agak besar dengan bakal buah berbentuk bulat dengan 5 putik di ujungnya. Tanpa adanya pohon jantan atau pohon sempurna, pohon betina tidak dapat menghasilkan buah.

Pohon sempurna (hermaprodit) mempunyai bunga bertangkai pendek, umunya mempunyai beberapa bunga sempurna dan 1-5 bunga jantan. Bunga sempurna disebut juga bunga berjenis kelamin dua yaitu bunga yang memiliki putik dengan bakal buah dab benang sari atau tepung sari.

Tanaman pepaya umumnya diperbanyak dengan biji karena cara ini mudah dilakukan dan bibit dapat dihasilkan dalam jumlah banyak. Benih yang akan disemai hendaknya dipilih dari buah yang yang penampilan serta kualitasnya bagus.

Buah pepaya yang akan diambil bijinya, dipotong pangkal atas dan ujungnya masing-masing 1/3 bagian, kemudian bagian tengahnya yang diambil bijinya untuk disemai. Hal ini diharapkan biji-biji tersebut dapat menghasilkan tanaman yang buahnya sempurna. Biji yang telah dipilih dikeringanginkan (tanpa sinar matahari) sampai kering. Benih yang akan ditanam dapat langsung disemai, tetapi juga bisa disimpan terlebih dahulu dalam botol yang dicampur dengan abu dapur.

Benih pepaya ditanam terlebih dahulu di persemaian atau dapat pula langsung ditanam di lapangan. Persemaian dapat dilakukan pada kentong-kantong plastik, sehingga pencabutan bibit tidak menghambat pertumbuhan. Biji pepaya hendaknya disemai selama 2 bulan. Media yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Dalam tiap kantong plastik ditanam 4-5 biji. Apabila tanaman sudah berketinggian 15-22 cm, tanaman sudah dapat dipindahkan ke lahan/ lapangan dengan terlebih dahulu membuang kantong plastiknya.

· Penanaman

Tanaman pepaya mempunyai sistem perakaran yang tidak terlalu dalam, sehingga dalam mempersiapkan penanaman harus dibuat lubang tanam terlebih dahulu dengan ukuran (50x50x50) cm dengan jarak tanam 3 m x 3,5 m. Setiap lubang ditanami 2-3 bibit pepaya, kemudian setelah berumur 3-4 bulan setelah tanam dilakukan penjarangan (meninggalkan 1 tanaman setiap lubang tanam). Tanaman yang ditinggalkan adalah tanaman yang berbunga sempurna. Sebelum bibit ditanam dilakukan pemupukan dengan pupuk buatan, yaitu Urea 50 g, SP 36 50 g dan KCl 50 g serta pupuk kandang 1-2 kaleng minyak tanah (1/2 keranjang petani).

Pemeliharaan

· Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan rumput yang tumbuh di sekitar pohon pepaya. Saat penyiangan jangan sampai merusak tanaman pepaya.

· Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan untuk mengurangi tanah di sekitar tanaman pepaya yang longsor dan erosi. Caranya dengan menaikkan tanah menggunakan cangkul ke sekitar tanaman pepaya.

· Pengairan

Tanaman pepaya sangat peka terhadap genangan air. Tanaman yang banyak tergenang, buahnya akan rontok dan sebaliknya pertumbuhan dan perkembangan buah akan terhambat apabial kekurangan air. Pada musim penghujan, apabila curah hujan terlalu banyak, pembuangan air perlu dilakukan agar tidak terjadi genangan air di sekitar tanaman. Dan apabila kurang air saat kemarau, juga harus dilakukan penyiraman.


· Pemupukan

Jenis pupuk, Dosis dan Waktu Pemberian untuk Tanaman Pepaya

Jenis Pupuk

Dosis/ Tan/ Tahun

Waktu Pemberian

Ppk. Kandang

2 Kwt

Sekali menjelang musim penghujan

Urea

200 g

1/3 dosis awal musom penghujan

1/3 dosis pertengahan musim penghujan

1/3 dosis akhir musim penghujan

TSP/ Sp 36

135 g

1/3 dosis akhir musim penghujan

KCl

125 g

1/3 dosis akhir musim penghujan

· Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang sering ada pada tanaman pepaya adalah Tungau (Tetranycus spp) dan Kutu Pseudaulacaspis Pentagona. Tungau menyerang daun saat musim kemarau dapat diatasi dengan cara tradisional dengan menaburkan tepung belerang pada pagi hari sehabis ada embun. Penaburan dilakukan dibawah daun dan dengan cara modern yaitu dengan insektisida demicron, lindane, orthane atau filidol yang dapat dibeli di toko-toko pertanian. Sedangkan Kutu Pseudaulacaspis Pentagona menyerang batang pepaya. Pemberantasan sama dengan pemberantasan pada Tungau.

Penyakit yang sering merugikan tanaman pepaya adalah penyakit yang disebabkan adalah jamur, virus mosaik, roboh semai, busuk buah, leher akar, pangkal batang dan nematoda. Penyaklit mati bujang diisebabkan oleh jamur Phytphthora parasitica, P. Palmivora dan Pythium aphanidermatum. Menyerang buah dan batang pepaya. Cara pencegahan: perawatan kebun yang baik, menjaga kebersihan, dan drainase sedangkan penyakit busuk akar disebabkan oleh jamur Meloidogyne incognita. Apabila lahan telah ditanami pepaya, disarankan agar tidak menanam pepaya kembali, untuk mencegah timbulnya serangan nematoda. Tanaman yang terinfeksi oleh nematoda menyebabkan daun menguning, layu dan mati.

Panen

Tanaman pepaya yang dipelihara dengan baik akan mulai menghasilkan pada umur satu tahun. Pepaya dapat dipetik setelah pepaya tidak bergetah lagi atau getahnya telah mulai jernih, pada ujung buah nampak garis-garis menguning, biasanya setelah buah berumur 5,5-6 minggu. Buah pepaya tidak boleh dicuci setelah dipetik, karena dapat menyebabkan tumbuhnya cendawan.

Sumber:

Kalie, Moehd. Baga. 1983. Bertanam Pepaya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Muljana, Wahyu. 1982. Bercocok Tanam Pepaya. Aneka Ilmu. Semarang.

Petani Boyolai ( Bp. Pandiman Sastro Suwiryo selaku pembuat bibit pepaya)

UPAYA-UPAYA TEKNIS UNTUK MENSIASATI KELANGKAAN PUPUK YANG MELANDA PETANI


Pupuk merupakan bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Penggunaan pupuk kimia secara massif dan intensif untuk peningkatan produktivitas hasil pertanian adalah warisan kebijakan orde baru sebagai bagian dari paket program revolusi hijau, yang saat ini terus membudaya dan membuat ketergantungan di tingkat petani.

Pupuk menyumbang 20 persen terhadap keberhasilan peningkatan produksi pertanian khususnya beras antara tahun 1965-1980, dan keberhasilan Indonesia mencapai swasembada beras di tahun 1984. Faktor lainnya adalah, ketersediaan irigasi yang memadai 20 persen, dan bibit unggul 23 persen. Pada saat yang bersamaan, pemerintah Orde Baru menjadikan pupuk sebagai bagian dari portofolio pembangunan pertanian Indonesia. Hal ini terlihat dari sejumlah kebijakan yang berkontribusi pada meningkatkan konsumsi pupuk, misalnya: Program intensifikasi massal (INMAS), perbaikan sarana disribusi dan perdagangan pupuk, pengawasan secara intensif terhadap harga eceran pupuk, subsisi harga pupuk, pembelian pupuk kredit dipermudah, dan harga hasil panen yang lebih baik. Semua itu dijalankan dalam sistem komando.

Pengaruh krisis global yang terjadi di Indonesia saat ini tidak hanya menghantui kehidupan ekonomi rakyat Indonesia. Secara kongkrit krisis global juga menyeret semua kalangan untuk siap menangung dampaknya yakni kemiskinal massal, PHK massal, dan masalah sosial yang pasti timbul. Krisis global itu juga menyerang petani, khususnya para petani produksinya berorientasi pada pasar eksport.

Indonesia sedang menghadapi ancaman penurunan produksi padi, terutama di tingkat mikropetani dan lokalitas produksi, karena rusaknya lahan akibat bencana banjir dan ancaman musim kering pada pertengahan tahun ini. Secara nasional, produksi padi tahun 2001 mencapai 49,6 juta ton gabah kering giling (GKG), setara 28,7 juta ton beras setelah dikurangi susut dan kebutuhan benih. Apabila ancaman penurunan produksi itu sampai tiga persen, produksi padi tahun ini diperkirakan hanya 48,1 juta ton GKG atau setara 27,7 juta ton beras. Dengan tingkat permintaan beras mencapai 29,9 juta ton (untuk konsumsi rumah tangga 133 kg per kapita per tahun oleh 210 juta penduduk plus kebutuhan antara dan lainnya), impor beras tahun 2002 mencapai 2,2 juta ton. Suatu jumlah yang merisaukan.

Kini, disaat mayoritas produktivitas lahan pertanian kita tergantung dengan pupuk kimia, pemerintah kemudian tidak bisa menjamin ketersediaan pupuk, sehingga kelangkaan pupuk menjadi momok dan terus menghantui kehidupan kaum tani setiap musim tanam tiba. Seperti yang kembali dialami musim tanam tahun ini. Persoalan kelangkaan pupuk yang terjadi akhir-akhir ini, ternyata cukup berdampak terhadap perilaku masyarakat yang terkadang emosional. Sebab, yang paling mendapat dampak paling telak, yakni para petani yang notabene sangat membutuhkan keberadaan pupuk saat musim tanam tahun ini.

Kelangkaan pupuk sebenarnya bersifat semu, persediaan pupuk dunia di negara-negara produsen cukup banyak, paling tidak dalam waktu dekat ini. Tetapi mengingat ketersediaan minyak dan gas bumi semakin menipis, dalam jangka panjang ketersediaan pupuk kimia terbatas dan harganya semakin mahal. Untuk pupuk subsidi, ketersediaannya dibatasi sumber dana yang mampu disediakan pemerintah. Kelangkaan pupuk subsidi masih akan muncul selama alokasi produksi lebih rendah daripada kebutuhan riil petani.

Ancaman lainnya yang sangat nampak di depan mata adalah resiko gagal panen yang tinggi sehingga menggangu ketahanan pangan nasional. Dampak dari kelangkaan pupuk saat ini, tidak dapat disalahkan kalau huru-hara kaum tani akan semakin meluas khususnya di daerah-daerah yang dikenal sebagai sentra-sentra produksi pertanian nasional. Di Jawa Timur contohnya, seperti kejadian di Bojonegoro, ratusan orang menghentikan truk pengangkut pupuk di Desa Prayungan, Sumberrejo dan Baureno. Diprobolinggo, sekitar 1.000 orang menyerbu gudang penyangga pupuk PT. Pupuk Kaltim di Probolinggo. Jika situasi kelangkaan pupuk di biarkan berlangsung lama dan tidak segera diambil sikap dan tindakan yang tepat oleh pemerintah, maka jangan harap keadilan dan kesehjateraan petani, ketahanan pangan dan keberlangsungan produksi pertanian nasional bisa tercipta dan menguntungkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Kelangkaan pupuk di beberapa daerah sentra produksi padi di Jawa sejak akhir April 2002 dapat berimplikasi serius terhadap ketahanan pangan nasional. Sebenarnya, pola kelangkaan pupuk yang terjadi saat ini tidak jauh berbeda dari hal serupa pada tahun 1998/1999 sesaat setelah pencabutan subsidi pupuk. Pupuk menghilang dari pasaran dan dari sentra-sentra produksi padi karena pola distribusi amat buruk, terjadi semacam oligopoli sistem pemasaran dan skema ekspor tidak dapat "dikontrol" sepenuhnya oleh sistem kelembagaan yang ada.

Kelangkaan serta tingginya harga pupuk di beberapa daerah telah menyebabkan rendahnya aplikasi pemupukan. Kondisi ini mengakibatkan permasalahan yang serius dalam agribisnis perkebunan. Pada satu sisi pendapatan usaha berkurang karena menurunnya produksi, sedangkan di sisi lain biaya produksi dan biaya operasional mengalami peningkatan. Para pekebun memerlukan berbagai kiat untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk agar terhindar dari kebangkrutan usaha.

Biaya produksi dan produktivitas tanaman perkebunan sangat dipengaruhi input utama pupuk. Namun beberapa tahun terakhir karena kebutuhan terus meningkat keberadaannya semakin langka dan harganya makin tinggi mencapai 200-300%. Kelangkaan pupuk selain disebabkan produksi terbatas juga pendistribusiannya kurang baik. Oleh karena itu perlu upaya untuk mengembangkan dan memproduksi pupuk substitusi dari pupuk anorganik yang ada, memperbaiki sistem distribusi pupuk serta menerapkan teknologi pupuk dan pemupukan yang lebih efisien. Upaya-upaya teknis untuk mensiasati kelangkaan pupuk di perkebunan, antara lain adalah:

1. Aplikasi teknologi yang dihasilkan oleh Pusat dan Balai Penelitian lingkup LRPI. Seperti, efisiensi pemupukan melalui pemanfaatan pupuk majemuk, pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati dan organo-hayati serta rasionalisasi pemupukan. Teknologi ini terutama untuk subsektor perkebunan kelapa sawit, karet, teh, tebu, kopi dan kakao.

2. Rasionalisasi pemupukan dengan mengurangi dosis pupuk perlu hati-hati dengan memperhatikan neraca hara. Sebab, pemulihan kondisi tanaman setelah lama mengalami pengurangan dosis pupuk atau peniadaan pemupukan memerlukan daya, dana, dan waktu yang lama.

3. Menerapkan alternatif operasional antara lain pengelolaan nutrisi tanaman terpadu/PNTT (integrated plant nutrient management/IPNM) berupa pemanfaatan biomasa di dalam kebun dan membatasi keluarnya unsur hara dari dalam kebun semaksimal mungkin (limbah kulit buah, penaung, penutup tanah, integrasi ternak-tanaman).

4. Menggunakan pupuk majemuk, pupuk lepas terkendali dan pupuk alternatif. Selain itu, substitusi unsur hara yang dapat menggantikan fungsi fisiologis unsur yang bersangkutan dan pupuk organik yang diperkaya.

5. Menekan kehilangan unsur hara dapat dilakukan lewat teknik aplikasi, frekuensi, modifikasi jenis pupuk, dan peningkatan kapasitas retensi tanah.

6. Melakukan uji mutu pupuk. Penelitian terhadap kualitas pupuk yang beredar di pasar menunjukkan bahwa 45 sampai 81% di antaranya mempunyai kandungan hara kurang dari 90% dari yang tertera pada label. Pupuk-pupuk yang dipalsukan adalah KCl, ZA, SP-36, dan Urea.

7. Menggunakan perangkat uji pupuk sebagai alat untuk mendeteksi keaslian pupuk.

Jelaslah sudah dengan kelangkaan pupuk ini maka semakin memberatkan ekonomi para petani, karena produksi semakin berkurang. Contoh Kasus di Balige dan Lumban Jalu Sumut sudah tiga bulan terakhir kelangkaan pupuk bersubsidi, “kekurangan pupuk mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak normal sehingga hasil panen turun drastis 30 persen dari hasil panen sebelumnya,”sebutnya Sirait warga petani di Lumbanjulu. Mereka khawatir, produksi dari ratusan hektar perkebunan jagung, jeruk, cabai dan sayur mayur akan menurun yang berdampak terhadap penghasilan petani, “ini sudah terbukti dengan hasil tanaman jagung yang menghasilkan, 4,8 ton per hektar yang pada biasanya 7 ton per hektar, ” Kata seorang petani sayuran di Balige, Sumut.